Wednesday, May 03, 2006

Jangan Takut
Bila Suara Hati Meyakini Benar!


Kehilangan pekerjaan atau kedudukan mugkin merupakan suatu ancaman yang menakutkan bagi banyak orang. Apalagi dalam kondisi perekonomian bangsa yang sedang carut-marut. Tapi, demi sesuatu yang diyakininya ‘benar’ - membela rekan kerja yang diperlakukan tak adil oleh perusahaan- Paulus B. Suranto, tak takut berjuang. meski untuk keyakinan dan perjuangan itu, ia akhirnya “dipinggirkan” dari perusahaan tempat dia mencari nafkah .

Tapi, ketulusan hati berjuang demi kebenaran, rupanya diperhatikan Tuhan. Buktinya, pada saat yang tak Paulus dan seluruh keluarganya perkirakan, Tuhan bertindak. Ia diberi tawaran pekerjaan di perusahaan lain dengan kompensasi yang bahkan lebih bagus dari sebelumnya. “Bayangkan hanya dalam waktu seminggu saya sudah mendapat tawaran pekerjaan, dengan kompensasi yang lebih baik. Saya sampai bilang ‘gila’ ya? Kok bisa jadi seperti ini? Peristiwa ini mungkin bagi orang lain tidak aneh, tetapi bagi saya adalah mujizat,” begitu suami Limierta Koha dan ayah dari Jonathan (8 th), dan Nicholas (5 th) ini bersaksi. Berikut ini adalah wawancara dengan Paulus B. Suranto Chief Marketing Support PT Indomobil Sukses Internasional Tbk.

Apakah Anda terlibat aktif di gereja ?
Begini ya, saya termasuk salah seorang yang kurang aktif di lingkungan gereja. Artinya terlibat secara langsung, seperti ikut aktif dalam tugas koor, lektor, dan lain sebainya. Doa lingkungan kalau lagi sempat atau kebetulan ada waktu. Saya hanya pergi ke gereja, ikut misa, berdoa seperti biasanya.

Apakah Anda punya pengalaman yang unik selama hidup ini?
Dulu, ketika masih kuliah di Bandung, saya sangat terkesan dengan khotbah seorang pastor, namanya Romo Yan Sunyata. Beliau bertugas memberikan pelayanan bagi para mahasiswa di sebuah Kapel di Bandung. Mungkin bagi orang Katolik, khotbah-khotbah yang diberikan oleh para pastor di gereja itu banyak yang membosankan, kurang menarik. Jadi banyak orang jadi ngatuk. Tapi bagi saya, justru beda. Saya akhirnya kok menjadi sangat tertarik dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Romo Yan dalam setiap misanya. Jadi, tidak heran jika banyak mahasiswa yang merasa tertarik dan sangat menunggu-nunggu dia untuk berkhotbah atau memberikan siraman rohani. Saya menganggap bahwa figur pastor Yan Sunyata ini sangat-sangat cocok bagi kaum muda waktu itu. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa saya adalah orang yang mengagumi beliau sebagai seorang pastor. Saya mengatakan demikian karena sebagai orang Katolik, saya sangat terinspirasi akan pesan-pesan beliau.
Menurut Romo Yan Sunyata, Tuhan kita Yesus Kristus itu sangat pengasih, penyayang, dan pengampun. Di dalam iman gereja Katolik, menurut Romo tersebut hanya ada dua bagian yang paling penting bagi manusia atau para pengikutnya dalam menghayati dan mensosialisasikan arti kehidupan sehari-hari, yaitu, pertama, hormatilah dan sayangilah Tuhan Allahmu lebih dari segala sesuatu. Dan, kedua, sayangilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Jadi, hal-hal inilah yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Sementara yang lainnya you boleh melakukan apa saja. Tidak perlu memikirkan harus mengikuti Bible Study, tidak usah pakai stabilo-stabiloan dalam Alkitab. You anak muda, maka kembangkanlah potensimu. Jadi, kalau bisa setiap minggu saja harus datang ke gereja untuk berdoa. Kalau sudah merasa waktunya untuk mengaku dosa, maka lakukanlah itu. Itu yang you pegang, percayalah bahwa you akan oke.
Selanjutnya, dia bilang sama saya, bahwa kalau you ikuti kedua hal tentang ajaran Tuhan dari 10 ajaran atau perintah yang diberikan itu maka hidupmu kelak akan masuk surga. Kalau you sudah pegang itu, lalu mencoba segala cara untuk masuk neraka pun you tidak akan bisa. Jadi, pada saat dia khotbah begitu semua orang terperangah.
Rasa-rasanya ini pastor kok nekad banget sampai bisa ngomong begitu. Yang namanya manusia itu akan tetap sombong, tinggi hati, dan mencoba me-logika-kan ajaran yang diterimanya.
Nah, kalau saya pikir-pikir, nasihat pastor Yan itu ada benarnya juga. Oleh sebab itu, selama saya menjalani hidup ini, kedua hal tersebut menjadikan kata kunci bagi hidup saya. Kalau kita benar-benar menghormati Tuhan, maka kita tidak bakalan melanggar perintah-Nya. Maka dari itu harus cinta, dan sopan pada Tuhan. Dan kalau kita sudah menyayangi orang lain seperti diri kita sendiri, maka kita tidak akan menyakiti orang lain itu. Kalau dipikir-pikir “nyakitin” itu apa sih ? Tentu bukan cuma nyakitin fisik saja, tapi yang paling parah itu nyakitin hati. Kalau nyakitin hati itu bisa macam-macam, bisa terhadap istri, anak-anak, teman dekat, teman kerja, pimpinan dan sebagainya. Jika sebagai suami atau istri kita melakukan selingkuh, misalnya, kita memang tidak menyakiti pasangan kita secara fisik, tapi tentu sangat menyakitkan hati.

Sudah berapa lama Anda bergabung di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk?
Belum lama. Saya masuk di sini baru Desember 2004. Sebelumnya saya pernah bekerja di beberapa tempat. Di dunia otomotif, saya pernah di BMW Indonesia dan General Motors Indonesia. Selain itu saya pernah di Agis Elektronic, Tambang Batu Bara, Sony Indonesia.
Pernah punya pengalaman mengesankan selama menjalani karir, khususnya dari sisi spiritual ?
Suatu saat, beberapa tahun yang lalu, -ya mungkin karena gejolak jiwa yang masih muda, idealisme yang begitu tinggi, - saya membela seorang rekan kerja yang diperlakukan secara tak adil oleh manajemen perusahaan tempat kami bekerja. Singkatnya, rekan ini memang masuk target untuk dikeluarkan dari perusahaan karena dianggap kurang kooperatif. Sayangnya, cara yang dilakukan manajemen menurut saya kurang fair, yakni dengan mencari-cari kesalahan dari yang bersangkutan dan kemudian menghukumnya dengan sangat berat, yakni di-pecat, tanpa mendapat kesempatan untuk memperbaiki “kesalahan” tersebut. Padahal “kesalahan” yang dilakukannya, dilakukan juga oleh yang lain. Dan ironisnya, yang lain tidak mendapat sangsi apapun. Merasa bahwa hal ini tidak adil, saya adalah satu-satunya anggota manajemen yang tidak setuju keputusan untuk menghukum dengan sangat berat rekan ini. Sejak saat itu, mulailah sayapun “dipinggirkan” oleh pimpinan perusahaan yang kebetulan sangat otoriter.
Apa yang saya lakukan itu bukan dengan tujuan agar orang menganggap saya sebagai pahlawan. Tidak ! Saya sebenarnya hanya melihat apa yang dilakukan pihak manajemen sudah di luar batas keadilan. Saya sungguh merasa tidak tega rekan yang kebetulan seorang wanita itu diperlakukan seperti itu.
Sebelum bersikap membela rekan itu, saya menyadari bahwa suatu hal buruk bisa saja menimpa saya. Dan benar saja, sayapun kemudian “dipinggirkan”.

Lalu apa yang terjadi?
Tepat satu minggu setelah itu ada head hunter yang menghubungi dan memberi saya tawaran pekerjaan di perusahaan besar dengan kompensasi yang lebih baik !
Terus terang, ketika bangkit membela rekan kerja itu, saya tak punya motivasi yang aneh-aneh. Prinsip yang saya pegang teguh ialah, membantu seseorang sesuai dengan kebenaran yang ada, apa pun resikonya, waktu itu saya tak begitu peduli. Saya berkeyakinan, asal niat kita baik dan iklas, Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik bagi kita.
Kita tahu bahwa sungguh tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dalam waktu yang singkat. Apalagi situasi perekonomian Indonesia masih seperti ini. Tetapi, itulah ‘rencana Tuhan’. Bayangkan hanya dalam waktu seminggu dari kejadian itu, saya mendapatkan tawaran pekerjaan dengan kompensasi yang lebih bagus ! Saya sampai bilang ‘gila’ ya? Tuhan ternyata masih menyayangi saya. Makanya, kejadian ini mungkin bagi orang lain biasa saja, tetapi bagi saya ini adalah mujizat Tuhan.
Apa yang terjadi sungguh membuat kami sekeluarga merasa terharu. Kami merasa terpesona atas kekuatan Tuhan yang terjadi waktu itu. Bagaimana kami tak merasa terpesona? Menurut pemikiran saya saat itu, saya mungkin harus bertahan di perusahaan itu dengan status “dipinggirkan” dan kemudian perlahan-lahan mencari pekerjaan baru, karena tentu tak mungkin saya bisa mendapat pekerjaan baru begitu cepat. Tapi ternyata, justru tawaran pekerjaan yang datang pada saya ! Saya percaya itu terjadi karena mukjizat Tuhan.

Apa perasaan Anda waktu itu?
Terus terang, saya merasa sangat terharu. Bagaimana mungkin saya tak merasa terpesona atas kekuatan Tuhan yang terjadi waktu itu. Lebih dari itu, pengalaman istimewa itu mendorong saya untuk selalu bersyukur. Saya menjadi sadar, bahwa Tuhan mencintai saya bukan karena saya ini orang saleh, tapi karena karena Dia memang mau mencintai saya.
Bagaimana sikap Anda setelah mengalami pengalaman khusus itu?
Satu-satunya yang bisa saya lakukan ialah bersyukur. Terus terang, saya selama ini merasa tak layak untuk meminta kepada Tuhan. Toh, saya ini ‘kan orang berdosa, saya tak ada cukup alasan untuk meminta pada Tuhan. Mungkin saya keliru. Tapi, begitulah yang saya rasa pantas saya lakukan hanyalah bersyukur kepada Tuhan.
Selain itu, pengalaman khusus itu membuat saya berketetapan hati, komit dan tak merasa takut selagi saya melakukan sesuatu yang benar di mata Tuhan. Jadi, selagi hati nurani saya mengatakan benar, maka saya tetap komit untuk melakukan meski risikonya besar. Ya, untuk apa kita harus takut, kalau itu memang benar?
Satu hal lagi bahwa mungkin Tuhan selalu mengajarkan kepada kita bahwa suatu saat bila mendapat kesulitan lalu meminta kepadaNya. Saya memang membutuhkan, tetapi merasa tidak layak saya meminta kepadaNya. Karena saya ini hanyalah seorang yang berdosa, jadi mungkin tidak layak untuk meminta kepada Tuhan. Ini bukan karena sombong atau saya tidak butuh. Sekali lagi saya pasti membutuhkan bantuanNya dalam berbagai kesulitan. Tetapi ya itu tadi, saya merasa tidak layak meminta kepada Tuhan. Kecuali meminta buat orang lain.
Jadi, saya ini hanya pantas untuk bersyukur atas segala karya yang sudah diberikan oleh Tuhan. Selama ini setiap kali berdoa itu saya belum pernah meminta atau menuntut pada Tuhan bahwa saya butuh ini, itu. Yang ada hanyalah bersyukur, dan bersyukur pada Tuhan akan segala yang diberikan kepada saya dan keluarga, atas segala penyelenggaraan Tuhan pada saya dan keluarga. Jadi, selama saya merasa diri belum layak, maka saya belum berani meminta pada Tuhan.

Setelah mengalami hal tersebut, bagaimana implementasi dalam kehidupan Anda, baik secara horizontal maupun secara veritikal?
Waduh, itu pertanyaan yang bagus sekali. Tentunya dua-duanya. Baik horizontal maupun vertikal. Yang vertikal itu sudah pasti. Karena sudah dibuktikan, maka saya harus berterima kasih. Sedangkan secara horizontal kalau bisa sih ditingkatkan lagi. Karena memang sejak peristiwa itu, sampai sekarang saya tidak merasa ragu-ragu lagi melakukan apa yang hati nurani saya mengatakan benar.
Ada lagi cerita sambungan dari kisah saya mengenai rekan saya yang dipecat dari perusahaan itu. Saya mendengar dari sumber yang terpercaya, bahwa orang yang mengkoordinasikan proses pemecatan rekan kerja saya itu, sekarangpun sedang dalam proses dipecat dari perusahaan !

Adakah pikiran dendam kepada orang yang “meminggirkan” Anda dulu ?
Oh, sama sekali tidak. Mungkin saya malahan harus berterima kasih padanya. Sebab karena kejadian itu saya mendapat anugrah yang lebih besar lagi dari Tuhan. Terlebih dari itu, perasaan dendam hanya akan merugikan diri sendiri, dan sama sekali tak ada gunanya.
Sebagai seorang kristiani, apakah Anda punya Firman favorit, sebagai sesuatu yang mendorong semangat hidup?
Nah, ini yang jadi persoalan. Terus terang, saya fair-fairan aja. Saya bukan tipe umat yang rajin membaca Alkitab. Tetapi saya mengagumi Kisah Sengsara Yesus Kristus, bahwa ketika Dirinya dikhianati, dirajam, disalib dan ditombak, Yesus tak pernah mengeluarkan satu patah kata pun yang menunjukkan bahwa Dia marah.
Satu-satunya kalimat yang diungkapkan oleh Yesus waktu itu adalah : “ Bapa, mengapa Engkau tinggalkan Aku ?” Bahkan Yesus tetap mendoakan para musuhnya, katanya “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus itu luar biasa, karena apa yang Dia katakan itu benar-benar dilakukanNya. Bagi saya, ini suatu hal yang luar biasa. Saya sendiri waktu nonton film The Passion of the Christ, itu sampai merinding.

Hikmah yangAnda timba dari film The Passion of the Christ?
Bahwa Yesus itu sangat konsisten. Yesus benar-benar menunjukkan bagaimana sebenarnya Tuhan Allah kita. Kita ini adalah manusia fana, yang lebih gampang percaya atas apa yang kita lihat. Dan Yesus benar-benar membuktikan semua ajaran Tuhan. Yesus rela menderita untuk kita umatnya yang penuh dosa, seperti saya ini. Oleh karena itu kita pun sebaliknya harus respek dan mengembalikan itu, donk. Masa Yesus sudah mau begitu berkorban buat kita, kok kita sebagai manusia ini tidak mau menghormatiNya dengan mengikuti ajaranNya? Masa kita tidak mau sedikit berkorban untuk seseorang yang membutuhkan bantuan kita ? Kalau sama teman kita yang baik terhadap kita saja kita merasa sungkan kalau tidak membalas budi baiknya, apalagi dengan Yesus yang telah memberikan diriNya buat kita. (Domi & Agus)

Tuesday, May 02, 2006

Gusti Allah Tak Menghendaki UmatNya Susah

Hidup berkecukupan dan sejahtera merupakan impian semua petani di bumi Nusantara. Sayangnya, bagi kebanyakan petani, kesejateraan hanya sebuah impian kosong. Mengapa demikian? Manakah jalan keluar yang dapat ditempuh?

Untuk memahami itu semua, ikutilah penuturan Peter Tjondro Eddy S.Th, Ketua Umum Yayasan Mitra Misi Indonesia World Care kepada KARUNIA dan sejumlah media Kristiani pada kesempatan pesta panen di desa Bandung, Lampung, belum lama ini.

Bisa dijelaskan bagaimana latar belakang dan visi dari World Care?
Word Care sebenarnya tidak bergerak di bidang bisnis atau apa pun yang bersifat komersial. Melainkan hanya sebuah jembatan, dan saya hanya mempunyai semangat, satu moto. Suatu saat saya sharingkan kepada Pak Samudra Djaidiguna, pengusaha di bidang pertanian dari Nuyan Group.
Saya ingin masyarakat Indonesia ini suatu saat bisa menjadi kaya semuanya. Kadang kala kita sebagai manusia ini sebenarnya tidak tahu kalau diri kita ini bodoh, sehingga sampai tujuh turunan juga kita masih setia dengan kemiskinan, masih setia dengan budaya menanam jenis pertanian yang itu-itu saja. Kalau menanam jagung, ya jagung terus sampai mati, kalau padi ya padi, dan lain-lainnya.
Belum lama ini saya mengunjungi desa Sukadana. Saya bertanya kepada para petani, bahwa singkong ini butuh berapa bulan? Mereka bilang, sepuluh bulan dengan total produksi satu ha sekitar 20 ton. Harga jualnya Rp 100/kg. Jadi, untuk satu hektar kebun para petani hanya mengantongi 2 juta rupiah selama 8-10 bulan.

Apa yang mendorong Anda begitu peduli pada nasib kaum petani?
Alasannya saya sederhana saja, yaitu memperbaiki nasib kaum petani. Mengapa? Saya itu mempunyai keyakinan begini: Gusti Allah itu tidak pernah menciptakan nasib yang jelek bagi manusia. Gusti Allah tak menginginkan umat manusia hidup miskin dan susah. Artinya, yang bikin jelek itu justru manusianya sendiri. Kenapa? Karena kita tidak mau belajar hal atau cara kerja yang lebih baru dan lebih efektif.
Untuk itu, Word Care dipanggil untuk mencoba memikirkan masa depan sesama kita sesuai dengan kemampuannya. Di Kalimantan itu tanahnya subur tapi kesejahteraan petaninya sulit, miskin, untuk itu kita mencoba kampanyekan mereka supaya lahan-lahan kosong itu masing-masing pemilik menanamnya dengan pohon duren.

Menurut Anda apa saja yang bisa dilakukan para petani Indonesia agar bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya?
Sebenarnya banyak hal yang bisa dikerjakan. Bagi kita di Indonesia, sabut kelapa sepertinys tak berguna. Saya melihat banyak petani yang membuangnya. Padahal beberapa perusahaan pengolah sabut kelapa di Surabaya itu sangat membutuhkan bahan baku tersebut. Karena setelah diolah, akan dijadikan keset dan serbuknya untuk dijadikan pupuk tanaman.
Saya pernah berkeliling lebih dari 27 negara di dunia. Ternyata, dari sekian negara itu, Indonesia termasuk negara yang paling tidur (terkebelakang-red). Saat berkunjung ke sebuah perkebunan durian Thailand jenis montong. Durian itu kalau ditanam di Indonesia usianya dua tahun bisa berbuah. Sedangkan di Thailand sendiri bisa empat tahun. Saat ini Gubernur Jawa Timur punya tanah 25 hektar ditanami duren montong itu. Sebaliknya orang Thailand sekarang banyak tertarik dengan daerah Malang, Jawa Timur. Soalnya, tanah di daerah Malang jauh lebih subur dan amat cocok untuk ditanami duren montong.

Tapi kenapa masyarakat tani kita di Indonesia belum terbuka matanya untuk mengembangkan agrobisnis tersebut?
Terus terang, kita merupakan bangsa yang masih lebih senang dengan meninabobokan diri. Kita suka menyambut datangnya kemiskinan. Kita selalu melihat nasib sebagai pemberian Tuhan. Padahal, justru Tuhan sudah memberikan kita kemampuan yang lebih dari cukup untukmmengubah nasib. Tapi kita sendiri yang ingin memanjakan diri.
Negara kita kayanya cuman satu, yakni babu-babu. Wong babu kok diekspor? Itu ‘kan lucu sekaligus memprihatinkan. Yang lebih sedih lagi, pemerintah masih membanggakan diri dengan mengekspor tenaga babu-babu tersebut. Katanya, sumbangan devisa terbesar Indonesia ialah dari kiriman para TKI/TKW. Itu ‘kan memalukan. Ini sama halnya dengan menari di atas penderitaan orang lain.
Gadis-gadis yang cantik-cantik itu laris jadi TKW di luar negeri. Padahal sampai di tempat tujuannya mereka dijadikan babu, martabatnya diinjak-injak, , dijual, diperkosa, bahkan kembali ke tanah air dengan gendong anak. Dan, tak sedikit dianiaya dan dibunuh. Bukti banyaknya sekali. Hampir setiap tahun Indonesia mendapat kiriman paket peti mayat yang isinya tak lain dari TKI/TKW yang diekspor tadi.
Banyak TKI/TKW yang saya bertemu di pesawat, saat pulang merantau. Ketika ditanya, katanya baru kembali dari Arab, Malaysia, Brunai, dll. Mereka mengaku bahwa hidup di sana tidak enak, kerjanya berat, sering dilecehkan lagi, lho, kok mau-maunya? Dalam sebuah seminar di Lemhamnas, ada seorang petinggi/pejabat yang mengatakan demikian. “Kalau negara kita mau hidup makmur, maka harus lebih banyak mengekspor/mengirim tenaga kerja ke luar negeri, karena devisanya cukup tinggi. Kedua, pengiriman TKI/TKW bermanfaat mengurangi angka pengangguran yang demikian tinggi, karena langkanya lapangan kerja di Indonesia”.
Mendengar pernyataan seperti itu saya menggeleng-gelengkan kepala, kok nggak merasa berdosa gitu lho”. Bahkan saya sempat menyanggah bahwa itu merupakan sesuatu kebijakan yang keliru.

Mengapa Anda katakan hal itu keliru?
Ya, karena tanah di Indonesia itu masih cukup luas untuk digarap menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Kita masih memiliki peluang yang amat besar untuk menerapkan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan hasil pertanian.

Persoalannya, banyak kaum muda Indonesia enggan menjadi petani?
Betul sekali. Tapi itu bukan kesalahan kaum muda sendiri. Itu kesalahan seluruh bangsa ini. Banyak kaum muda kita yang tidak mau menjadi petani karena bangsa kita masih memandang petani itu pekerja rendahan. Bangsa kita masih melihat petani sebagai orang yang tidak punya pendidikan.
Tapi, kalau kita mau kritis, sebetulnya pandangan seperti itu tidak benar. Menjadi petani itu merupakan panggilan yang amat mulia. Bertani itu pekerjaan yang Kalau hasil yang anda konsumsi setiap hari itu dari mana kalau bukan hasil kerja dari para petani. Makanya saya jadi heran, babu kok di ekspor kayak sapi aja. Saat ini di Malaysia ‘kan dipulangkan 600.000 orang TKI illegal.

Apa yang Anda lakukan untuk memberdayakan kaum tani kita?
Ya, belum lama ini saya membeli tanah delapan hektar di Kalimantan Barat dengan harga Rp.1.500.000/hektar. Totalnya Rp.12.000.000. Tanah itu saya tanami duren montong asal Thailand. Dua tahun mendatang duren ini sudah bisa kita panen.
Untuk itulah Yayasan Word Care ini sedang memikirkan nasib rakyat (petani) untuk ke depannya ini bagaimana. Tidak ada jalan lain, kami harus mengambil sikap untuk mengkampanyekan para petani untuk kembali kepada bidang usaha agraris. Pokoknya, Indonesia harus kembali ke negara agraris, jika mau rakyatnya sejahtera.
Apa harapan Anda bagi kaum muda?
Saya sekali lagi menghimbau para kaum muda untuk kembali menekuni dunia pertanian dengan cara secanggih mungkin. Petani di luar negeri seperti di Thailand, Jepang dan Eropa itu setiap hari pakai jas dan dasi karena menggunakan teknologi yang canggih. Bahkan lahan ratusan hektar dapat dikerjakan hanya dengan tenaga dua orang. Menyiram dan memberikan pupuk pada setiap pohon tanaman itu hanya menggunakan peralatan teknologi. Mereka tahu akan kebutuhan sebuah pohon tanaman, misalnya sebatang pohon mangga membutuhkan takaran pupuk sekian, kebutuhan air sekian, dan akan menghasilkan buah sekian ton, jumlah uang yang akan mereka peroleh dari sebatang pohon mangga atau durian, sayuran itu sekian.
Jadi, kalau para kepala desa mau mengarahkan masyarakat taninya dengan menggunakan teknologi yang tinggi, maka pertanian ini akan menghasilkan kekayaan yang luar biasa. Di Australia itu petani itu pakai jas setiap hari dan ke kebun bawa mobil mewah. Di Amerika para petani tinggal di rumah mewah karena mereka bertani dengan teknologi yang canggih.

Langkah lainnya?
Langkah lainnya ialah membina kelompok-kelompok tani di desa. Makanya saya menyambut gembira berdirinya Mitra Tani Makmur Lestari di desa Bandung, Lampung ini. Saya sangat antusias bekerja bersama para petani demi kemajuan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat setempat. Biar mereka bisa hidup lebih baik, menyekolahkan anak-anaknya dengan baik.

Metode pertanian apa yang Anda perkenalkan kepada para petani?
Begini ya, untuk meraih produksi pertanian yang maksimal kita tak perlu memfokuskan hanya satu jenis pertanian saja. Misalnya, periode sekarang tanam jagung, maka berikutnya bisa tanam sayur-sayuran, berikutnya lagi bisa buah-buahan semangka, melon,atau jenis lainnya.
Contoh, sayur sawi itu usianya hanya 25 hari. Kalau harga di desa sepohon sawinya hanya Rp 50 perak. Tapi kalau sudah masuk supermarket maka harganya menjadi mahalnya bukan main.

Selain itu, bantuan apa lagi yang ditawarkan kepada para petani?
Selain itu, kami bekerja sama dengan dari Pak Samudra guna menyediakan fasilitas pertanian sesuai dengan kebutuhan para petani. Hasil produksi pertanian pun bisa dijual kepada perusahan tersebut dengan harga pasaran umum atau kurs yang berlaku saat itu.
Lebih dari itu, jika para anggota kelompok tani butuh uang, perusahaan bisa memberikan bantuan kredit sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Jika harga panen mereka kemudian menjadi lebih mahal, maka bunga kredit akan disesuaikan dengan harga saat itu.

Apa pesan Anda bagi para petani?
Pesan saya cuma satu. Jangan pernah berhenti bekerja selama kita mampu bekerja! Jangan berhenti berubah selama nasib kita masih mampu berubah. Sebab, Gusti Allah akan memberkati kita dengan kesejahteraan dan kemakmuran hanya apabila kita mau berusaha dan bekerja. Itu saja! (Domi Lewuk)


Melayani Tanpa Pilih Kasih
Apa yang mendorong Peter Tjondro begitu peduli pada nasib kaum miskin? Mengapa dia amat bersemangat memberdayakan para petani? Mengapa dia begitu nekad membukan perkebunan dan memberikan kesempatan bagi para petani untuk belajar bertani secara modern?
“Terus terang, meski sebagai gembala umat, motivasi saya bukan untuk menarik jemaat. Saya tak pernah berpikir untuk menarik para petani itu untuk menjadi Kristen. Saya hanya punya keiningnan untuk meringankan beban dan mengubah nasib hidup mereka. Ya, paling tidak, melalui program ini produksi para petani itu bisa meningkat. Bila tadinya hasil panen singkong hanya 1 ton, dapat meningkat menjadi 2-5 ton per panen,” ujar pria kelahiran Semarang, 15 Mei 1965, itu merendah.
Niat dan tekad untuk berkarya bagi perbaikan nasib para petani muncul di benaknya setelah melihat kemajuan di negara lain. “Saya telah mengunjungi sekitar 27 negara di dunia. Di banyak negara saya melihat, kehidupan para petani amat makmur dan sejahtera. Mereka bertani dengan teknologi canggih sehingga bisa menekan biaya dan mampu berproduksi secara maksimal. Nah, dari situ saya bertanya, mengapa petani di Nusantara hidup amat miskin?,” ungkap alumnus Sekolah Tinggi Teologi Injil (STTI) UNKRI, Yogyakarta itu dengan nada prihatin.
Pemilik postur tambun mirip pelawak Ateng (alm) ini menambahkan, tak dapat dipungkiri selama ini ada gereja yang mengirimkan bantuan dan kesehatan gratis. Tapi di balik itu ada embel-embelnya, agar orang yang dibantu itu menjadi Kristen.
Tapi, tegasnya, World Care, tidak punya motivasi demikian. World Care tak pernah melihat siapa orang yang dibantu? Apakah dia Kristen, Muslim atau yang lain. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tak pernah berbuat kebaikan dengan memandang muka. Tuhan tak pernah pilih kasih. Ingat, ceritera Alkitab tentang perempuan yang ‘berzinah’ dan tertangkap basah. Saat perempuan itu datang kepada Tuhan, lalu Tuhan mengatakan ; pergi, Aku tidak menghukum engkau, tapi pergilah dan jangan berbuat dosa lagi. Jelas sekali, dalam cerita itu Tuhan tidak berbicara, kamu saya selamatkan asal kamu mau jadi pengikut saya. Tidak! Tapi yang Tuhan kehendaki ialah bagaimana membuat manusia supaya hidupnya lebih manusiwi. Jadi, Tuhan menghendaki agar kita melayani sesama tanpa pandang bulu dan pilih kasih.
Pimpinan Gloria Ministry itu mengungkapkan, ia sering merasa kesal dengan cara-cara sekelompk umat Kristen yang menjaring umat dengan cara memberikan bantuan ekonomis.
“Terus terang, saya kesal karena cukup banyak gereja yang lebih mengutamakan cara untuk memiliki jemaat yang banyak. Tak peduli orang itu punya istri dua, berzinah atau hidup dalam dosa. Targetnya supaya persepuluhan masuk dalam kas gereja,” ujarnya.
Lebih lanjut, suami mantan model sebuah perusahaan batik di Jawa Tengah, Dessy Tjondro, S.Pd, mengaku geli ketika mendengar ada program pemerintah, bahwa tahun 2005, Indonesia Transformasi.
“Iya, bicara sih gampang. Tapi, siapa yang mau mengerjakan? Apakah cukup kita hanya mengandalkan doa? Kan tidak mungkin! Justru yang bicara seperti itu ialah mereka yang tidak melihat kesulitan di lapangan. Nyatanya pendeta di desa itu umatnya sedikit, apa hanya kurang doa? Bisakah nama Kristus menjadi solusi? Sementara kenyataannya pendeta kita di desa itu hidupnya miskin. Mereka menjelaskan Yesus adalah Juru Selamat, toh, khotbah buntut-buntunya tentang ‘kolekte?’ungkap Peter, yang disambut tertawa para wartawan.

Firman Favorit:

Peter Tjondro mengaku amat mengagumi Yohanes 10:10 “Aku datang memberi hidup, yaitu hidup yang berkelimpahan”.
Menurut dia, firman Tuhan inilah yang menginspirasi dan menggerakan World Care untuk terus bekerja keras membantu para petani.
Sesungguhnya, katanya pula, setiap orang Kristen dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi mengerjakan karya misi Tuhan tersebut. Artinya, setiap orang Kristen dipanggil dan diutus Tuhan untuk membawa perubahan bagi dunia dan membuat seluruh manusia, terutama kaum tak berdaya agar mereka hidup lebih baik, lebih berkualitas. ***