Wednesday, May 03, 2006

Jangan Takut
Bila Suara Hati Meyakini Benar!


Kehilangan pekerjaan atau kedudukan mugkin merupakan suatu ancaman yang menakutkan bagi banyak orang. Apalagi dalam kondisi perekonomian bangsa yang sedang carut-marut. Tapi, demi sesuatu yang diyakininya ‘benar’ - membela rekan kerja yang diperlakukan tak adil oleh perusahaan- Paulus B. Suranto, tak takut berjuang. meski untuk keyakinan dan perjuangan itu, ia akhirnya “dipinggirkan” dari perusahaan tempat dia mencari nafkah .

Tapi, ketulusan hati berjuang demi kebenaran, rupanya diperhatikan Tuhan. Buktinya, pada saat yang tak Paulus dan seluruh keluarganya perkirakan, Tuhan bertindak. Ia diberi tawaran pekerjaan di perusahaan lain dengan kompensasi yang bahkan lebih bagus dari sebelumnya. “Bayangkan hanya dalam waktu seminggu saya sudah mendapat tawaran pekerjaan, dengan kompensasi yang lebih baik. Saya sampai bilang ‘gila’ ya? Kok bisa jadi seperti ini? Peristiwa ini mungkin bagi orang lain tidak aneh, tetapi bagi saya adalah mujizat,” begitu suami Limierta Koha dan ayah dari Jonathan (8 th), dan Nicholas (5 th) ini bersaksi. Berikut ini adalah wawancara dengan Paulus B. Suranto Chief Marketing Support PT Indomobil Sukses Internasional Tbk.

Apakah Anda terlibat aktif di gereja ?
Begini ya, saya termasuk salah seorang yang kurang aktif di lingkungan gereja. Artinya terlibat secara langsung, seperti ikut aktif dalam tugas koor, lektor, dan lain sebainya. Doa lingkungan kalau lagi sempat atau kebetulan ada waktu. Saya hanya pergi ke gereja, ikut misa, berdoa seperti biasanya.

Apakah Anda punya pengalaman yang unik selama hidup ini?
Dulu, ketika masih kuliah di Bandung, saya sangat terkesan dengan khotbah seorang pastor, namanya Romo Yan Sunyata. Beliau bertugas memberikan pelayanan bagi para mahasiswa di sebuah Kapel di Bandung. Mungkin bagi orang Katolik, khotbah-khotbah yang diberikan oleh para pastor di gereja itu banyak yang membosankan, kurang menarik. Jadi banyak orang jadi ngatuk. Tapi bagi saya, justru beda. Saya akhirnya kok menjadi sangat tertarik dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Romo Yan dalam setiap misanya. Jadi, tidak heran jika banyak mahasiswa yang merasa tertarik dan sangat menunggu-nunggu dia untuk berkhotbah atau memberikan siraman rohani. Saya menganggap bahwa figur pastor Yan Sunyata ini sangat-sangat cocok bagi kaum muda waktu itu. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa saya adalah orang yang mengagumi beliau sebagai seorang pastor. Saya mengatakan demikian karena sebagai orang Katolik, saya sangat terinspirasi akan pesan-pesan beliau.
Menurut Romo Yan Sunyata, Tuhan kita Yesus Kristus itu sangat pengasih, penyayang, dan pengampun. Di dalam iman gereja Katolik, menurut Romo tersebut hanya ada dua bagian yang paling penting bagi manusia atau para pengikutnya dalam menghayati dan mensosialisasikan arti kehidupan sehari-hari, yaitu, pertama, hormatilah dan sayangilah Tuhan Allahmu lebih dari segala sesuatu. Dan, kedua, sayangilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Jadi, hal-hal inilah yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Sementara yang lainnya you boleh melakukan apa saja. Tidak perlu memikirkan harus mengikuti Bible Study, tidak usah pakai stabilo-stabiloan dalam Alkitab. You anak muda, maka kembangkanlah potensimu. Jadi, kalau bisa setiap minggu saja harus datang ke gereja untuk berdoa. Kalau sudah merasa waktunya untuk mengaku dosa, maka lakukanlah itu. Itu yang you pegang, percayalah bahwa you akan oke.
Selanjutnya, dia bilang sama saya, bahwa kalau you ikuti kedua hal tentang ajaran Tuhan dari 10 ajaran atau perintah yang diberikan itu maka hidupmu kelak akan masuk surga. Kalau you sudah pegang itu, lalu mencoba segala cara untuk masuk neraka pun you tidak akan bisa. Jadi, pada saat dia khotbah begitu semua orang terperangah.
Rasa-rasanya ini pastor kok nekad banget sampai bisa ngomong begitu. Yang namanya manusia itu akan tetap sombong, tinggi hati, dan mencoba me-logika-kan ajaran yang diterimanya.
Nah, kalau saya pikir-pikir, nasihat pastor Yan itu ada benarnya juga. Oleh sebab itu, selama saya menjalani hidup ini, kedua hal tersebut menjadikan kata kunci bagi hidup saya. Kalau kita benar-benar menghormati Tuhan, maka kita tidak bakalan melanggar perintah-Nya. Maka dari itu harus cinta, dan sopan pada Tuhan. Dan kalau kita sudah menyayangi orang lain seperti diri kita sendiri, maka kita tidak akan menyakiti orang lain itu. Kalau dipikir-pikir “nyakitin” itu apa sih ? Tentu bukan cuma nyakitin fisik saja, tapi yang paling parah itu nyakitin hati. Kalau nyakitin hati itu bisa macam-macam, bisa terhadap istri, anak-anak, teman dekat, teman kerja, pimpinan dan sebagainya. Jika sebagai suami atau istri kita melakukan selingkuh, misalnya, kita memang tidak menyakiti pasangan kita secara fisik, tapi tentu sangat menyakitkan hati.

Sudah berapa lama Anda bergabung di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk?
Belum lama. Saya masuk di sini baru Desember 2004. Sebelumnya saya pernah bekerja di beberapa tempat. Di dunia otomotif, saya pernah di BMW Indonesia dan General Motors Indonesia. Selain itu saya pernah di Agis Elektronic, Tambang Batu Bara, Sony Indonesia.
Pernah punya pengalaman mengesankan selama menjalani karir, khususnya dari sisi spiritual ?
Suatu saat, beberapa tahun yang lalu, -ya mungkin karena gejolak jiwa yang masih muda, idealisme yang begitu tinggi, - saya membela seorang rekan kerja yang diperlakukan secara tak adil oleh manajemen perusahaan tempat kami bekerja. Singkatnya, rekan ini memang masuk target untuk dikeluarkan dari perusahaan karena dianggap kurang kooperatif. Sayangnya, cara yang dilakukan manajemen menurut saya kurang fair, yakni dengan mencari-cari kesalahan dari yang bersangkutan dan kemudian menghukumnya dengan sangat berat, yakni di-pecat, tanpa mendapat kesempatan untuk memperbaiki “kesalahan” tersebut. Padahal “kesalahan” yang dilakukannya, dilakukan juga oleh yang lain. Dan ironisnya, yang lain tidak mendapat sangsi apapun. Merasa bahwa hal ini tidak adil, saya adalah satu-satunya anggota manajemen yang tidak setuju keputusan untuk menghukum dengan sangat berat rekan ini. Sejak saat itu, mulailah sayapun “dipinggirkan” oleh pimpinan perusahaan yang kebetulan sangat otoriter.
Apa yang saya lakukan itu bukan dengan tujuan agar orang menganggap saya sebagai pahlawan. Tidak ! Saya sebenarnya hanya melihat apa yang dilakukan pihak manajemen sudah di luar batas keadilan. Saya sungguh merasa tidak tega rekan yang kebetulan seorang wanita itu diperlakukan seperti itu.
Sebelum bersikap membela rekan itu, saya menyadari bahwa suatu hal buruk bisa saja menimpa saya. Dan benar saja, sayapun kemudian “dipinggirkan”.

Lalu apa yang terjadi?
Tepat satu minggu setelah itu ada head hunter yang menghubungi dan memberi saya tawaran pekerjaan di perusahaan besar dengan kompensasi yang lebih baik !
Terus terang, ketika bangkit membela rekan kerja itu, saya tak punya motivasi yang aneh-aneh. Prinsip yang saya pegang teguh ialah, membantu seseorang sesuai dengan kebenaran yang ada, apa pun resikonya, waktu itu saya tak begitu peduli. Saya berkeyakinan, asal niat kita baik dan iklas, Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik bagi kita.
Kita tahu bahwa sungguh tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dalam waktu yang singkat. Apalagi situasi perekonomian Indonesia masih seperti ini. Tetapi, itulah ‘rencana Tuhan’. Bayangkan hanya dalam waktu seminggu dari kejadian itu, saya mendapatkan tawaran pekerjaan dengan kompensasi yang lebih bagus ! Saya sampai bilang ‘gila’ ya? Tuhan ternyata masih menyayangi saya. Makanya, kejadian ini mungkin bagi orang lain biasa saja, tetapi bagi saya ini adalah mujizat Tuhan.
Apa yang terjadi sungguh membuat kami sekeluarga merasa terharu. Kami merasa terpesona atas kekuatan Tuhan yang terjadi waktu itu. Bagaimana kami tak merasa terpesona? Menurut pemikiran saya saat itu, saya mungkin harus bertahan di perusahaan itu dengan status “dipinggirkan” dan kemudian perlahan-lahan mencari pekerjaan baru, karena tentu tak mungkin saya bisa mendapat pekerjaan baru begitu cepat. Tapi ternyata, justru tawaran pekerjaan yang datang pada saya ! Saya percaya itu terjadi karena mukjizat Tuhan.

Apa perasaan Anda waktu itu?
Terus terang, saya merasa sangat terharu. Bagaimana mungkin saya tak merasa terpesona atas kekuatan Tuhan yang terjadi waktu itu. Lebih dari itu, pengalaman istimewa itu mendorong saya untuk selalu bersyukur. Saya menjadi sadar, bahwa Tuhan mencintai saya bukan karena saya ini orang saleh, tapi karena karena Dia memang mau mencintai saya.
Bagaimana sikap Anda setelah mengalami pengalaman khusus itu?
Satu-satunya yang bisa saya lakukan ialah bersyukur. Terus terang, saya selama ini merasa tak layak untuk meminta kepada Tuhan. Toh, saya ini ‘kan orang berdosa, saya tak ada cukup alasan untuk meminta pada Tuhan. Mungkin saya keliru. Tapi, begitulah yang saya rasa pantas saya lakukan hanyalah bersyukur kepada Tuhan.
Selain itu, pengalaman khusus itu membuat saya berketetapan hati, komit dan tak merasa takut selagi saya melakukan sesuatu yang benar di mata Tuhan. Jadi, selagi hati nurani saya mengatakan benar, maka saya tetap komit untuk melakukan meski risikonya besar. Ya, untuk apa kita harus takut, kalau itu memang benar?
Satu hal lagi bahwa mungkin Tuhan selalu mengajarkan kepada kita bahwa suatu saat bila mendapat kesulitan lalu meminta kepadaNya. Saya memang membutuhkan, tetapi merasa tidak layak saya meminta kepadaNya. Karena saya ini hanyalah seorang yang berdosa, jadi mungkin tidak layak untuk meminta kepada Tuhan. Ini bukan karena sombong atau saya tidak butuh. Sekali lagi saya pasti membutuhkan bantuanNya dalam berbagai kesulitan. Tetapi ya itu tadi, saya merasa tidak layak meminta kepada Tuhan. Kecuali meminta buat orang lain.
Jadi, saya ini hanya pantas untuk bersyukur atas segala karya yang sudah diberikan oleh Tuhan. Selama ini setiap kali berdoa itu saya belum pernah meminta atau menuntut pada Tuhan bahwa saya butuh ini, itu. Yang ada hanyalah bersyukur, dan bersyukur pada Tuhan akan segala yang diberikan kepada saya dan keluarga, atas segala penyelenggaraan Tuhan pada saya dan keluarga. Jadi, selama saya merasa diri belum layak, maka saya belum berani meminta pada Tuhan.

Setelah mengalami hal tersebut, bagaimana implementasi dalam kehidupan Anda, baik secara horizontal maupun secara veritikal?
Waduh, itu pertanyaan yang bagus sekali. Tentunya dua-duanya. Baik horizontal maupun vertikal. Yang vertikal itu sudah pasti. Karena sudah dibuktikan, maka saya harus berterima kasih. Sedangkan secara horizontal kalau bisa sih ditingkatkan lagi. Karena memang sejak peristiwa itu, sampai sekarang saya tidak merasa ragu-ragu lagi melakukan apa yang hati nurani saya mengatakan benar.
Ada lagi cerita sambungan dari kisah saya mengenai rekan saya yang dipecat dari perusahaan itu. Saya mendengar dari sumber yang terpercaya, bahwa orang yang mengkoordinasikan proses pemecatan rekan kerja saya itu, sekarangpun sedang dalam proses dipecat dari perusahaan !

Adakah pikiran dendam kepada orang yang “meminggirkan” Anda dulu ?
Oh, sama sekali tidak. Mungkin saya malahan harus berterima kasih padanya. Sebab karena kejadian itu saya mendapat anugrah yang lebih besar lagi dari Tuhan. Terlebih dari itu, perasaan dendam hanya akan merugikan diri sendiri, dan sama sekali tak ada gunanya.
Sebagai seorang kristiani, apakah Anda punya Firman favorit, sebagai sesuatu yang mendorong semangat hidup?
Nah, ini yang jadi persoalan. Terus terang, saya fair-fairan aja. Saya bukan tipe umat yang rajin membaca Alkitab. Tetapi saya mengagumi Kisah Sengsara Yesus Kristus, bahwa ketika Dirinya dikhianati, dirajam, disalib dan ditombak, Yesus tak pernah mengeluarkan satu patah kata pun yang menunjukkan bahwa Dia marah.
Satu-satunya kalimat yang diungkapkan oleh Yesus waktu itu adalah : “ Bapa, mengapa Engkau tinggalkan Aku ?” Bahkan Yesus tetap mendoakan para musuhnya, katanya “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus itu luar biasa, karena apa yang Dia katakan itu benar-benar dilakukanNya. Bagi saya, ini suatu hal yang luar biasa. Saya sendiri waktu nonton film The Passion of the Christ, itu sampai merinding.

Hikmah yangAnda timba dari film The Passion of the Christ?
Bahwa Yesus itu sangat konsisten. Yesus benar-benar menunjukkan bagaimana sebenarnya Tuhan Allah kita. Kita ini adalah manusia fana, yang lebih gampang percaya atas apa yang kita lihat. Dan Yesus benar-benar membuktikan semua ajaran Tuhan. Yesus rela menderita untuk kita umatnya yang penuh dosa, seperti saya ini. Oleh karena itu kita pun sebaliknya harus respek dan mengembalikan itu, donk. Masa Yesus sudah mau begitu berkorban buat kita, kok kita sebagai manusia ini tidak mau menghormatiNya dengan mengikuti ajaranNya? Masa kita tidak mau sedikit berkorban untuk seseorang yang membutuhkan bantuan kita ? Kalau sama teman kita yang baik terhadap kita saja kita merasa sungkan kalau tidak membalas budi baiknya, apalagi dengan Yesus yang telah memberikan diriNya buat kita. (Domi & Agus)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home